24 agustus 2025, tidak pernah
terbayang akan mengalami hal ini. Keguguran. Secara teori ini bermakna hilangnya
kehamilan secara tidak terduga sebelum janin berkembang cukup untuk bertahan
hidup di luar rahim, umumnya terjadi sebelum usia kehamilan 20 minggu. Ia
hilang diusia sekitar 8 minggu. Keluar. Ditandai dengan pendarahan hebat dan
keluarnya gumpalan darah yang sangat banyak. Mengerikan. Tapi aku tak takut.
Bahkan darah itu sudah jatuh ke dalam kloset duduk, tetap kugapai dengan sarung
tangan karet, aku harus pastikan apa yang keluar itu hingga hatiku tenang.
Kuraih gumpalan darah itu, sungguh besar, sebesar telapak tanganku. Bentuknya
padat seperti hati ayam. Merah pekat. Darah segar mengalir terus di pahaku
tanpa bisa berhenti.
20 juni hpht ku, jika sampai
usianya 27 maret hpl nya :")
Juli lalu aku terlambat haid,
pertama kali testpack, hasilnya samar. Beberapa hari kemudian, kucoba lagi,
jelas. Dua garis. Senang hati kami berdua. Membayangkan punya bayi kembali.
Memang kami sudah berencana ingin menambah keturunan jika Allah izinkan. Tapi
terlalu banyak pikiran yang membayangi, baru saling kami ceritakan baru-baru
ini.
Balik lagi, singkat cerita,
lanjut ke dokter kandungan 1 agustus, alhamdulillah memang aku dinyatakan hamil
oleh dokter yang sebelumnya menangani kelahiran anak pertamaku. Dia sampaikan
usianya berapa minggu dan diminta untuk banyak berdoa agar diberikan roh terbaik
katanya. Aku sempat bingung dengan caranya menyuruh berdoa, tapi kutepis krna
itu memang wajib kami lakukan selaku orang tua. Tapi sungguh mengganjal
pikiranku, bahkan setelah kini calon janin itu sudah tiada..
Hari-hari memang kujalani seperti
biasa, tapi aku tak merasa "ia" hadir di tubuhku, lagi-lagi kutepis
krna dokter memang bilang masih hanya kantongnya saja. Tak ada keluhan sama
sekali, tak ada keram perut, mual atau lainnya. Tapi aku selalu merasa seperti
akan demam, suhuku sekitar 37, tak normal tapi belum demam. Tanggal 10
agustus, pendarahan pertamaku, darah segar mengalir saat aku buang air
kecil akan melaksanakan sholat ashar. Paniknya bukan main, tapi suami sedang tidak
di rumah, akhirnya suami buru-buru pulang dan kami periksakan ke IGD. Ya diagnosanya
jelas, abortus iminens. Ancaman keguguran, tapi masih bisa dipertahankan. Akhirnya
aku dirawat selama tiga hari, 2 malam. 10 sd 12 agustus. Lanjut istirahat di
rumah sampai dengan 19 agustus. Undangan pelantikanku keluar, 20 agustus,
alhamdulillah sesuai dengan jadwal masukku. Oh iya, selama istirahat di
rumahpun darahnya masih tetap keluar. Tanggal 19 agustus aku tetap harus ke
kantor untuk gladi resik walau tidak presensi.
Lanjut, rabu 20 agustus aku hadir
ke kantor seperti biasa dan melaksanakan pelantikan (daring). Namun perutku
sakit sekali dan akhirnya darah cukup banyak keluar. Malamnya kami ke IGD,
tidak rawat inap (kondisi calon janin kata dokternya bagus, jadi tidak perlu
dirawat), namun disarankan untuk bedrest. Kusambung cuti sakitku dari 21 hingga
26 agustus (seharusnya, untuk jadwal kontrol memastikan denyut jantungnya. Memang
saat dirawat di RS, dokter obgyn menyampaikan: jika ada denyutnya 2 minggu
lagi, alhamdulillah, jika tidak, kita keluarkan). Hatiku sedih mendengarnya,
tapi takdir Allah selalu baik. Kami panjatkan prasangka baik tapi masih dengan
kegundahan hati yang selalu menyertai kami. Terlalu banyak hal yang tak sama
yang kurasa dibandingkan saat hamil anak pertama. Lagi-lagi kutepis, setiap
anak perjuangan dan perkembangannya beda-beda. Sempat ku sugesti diriku untuk
mual agar hatiku tenang bahwa ia berkembang baik di dalam ☹
Mulai dari hari jumat (tanggal
22) pinggangku sakit dan nyeri perut cukup hebat, tapi masih bisa kutahan. Hari
sabtupun begitu. Namun dari minggu dini hari dari pukul 2.30 aku terbangun tak
bisa lelap lagi hingga subuh tiba, walaupun pendarahan saat hamil, kami muslimah
tetap harus menjalankan ibadah sholat. Selesai sholat subuh, aku menangis
karena perutku sakit sekali (sakitnya seperti kontraksi akan lahiran), pembalut
sudah kuganti, tapi penuh seketika dengan darah yang tak bisa ditahan. Saat akan
mengecek ke kamar mandi, aku buang air kecil dan tiba-tiba sesuatu keluar. Itulah
dia yang kusebut di awal tadi. Darah segarpun tak bisa berhenti, kami segera ke
rumah sakit dan karena usiaku masih muda dokter menyarankan tindakan kuret agar
tidak ada sisa di dalam rahim. Status: abortus komplit. Aku keguguran.
Tata laksana untuk pelaksanaan
operasi segera dilakukan (tapi sebelum itu, aku sempat menangis keras meminta
kepada suamiku supaya diberikan obat saja, tidak kuret), aku dipasangkan infus
sambil menahan tangis, diambil darah, disuntik berulang kali untuk ujicoba
alergi, dan dimasukkan obat. Tak berselang lama, aku langsung dibawa ke ruang
operasi, diberikan anestesi dan obat tidur. Hal terakhir yang kuingat sebelum tak sadarkan diri, dokter obgynku mengelus tanganku dan bilang "banyak-banyak berdoa ya bu", wajahnya makin samar kulihat. Aku sudah lelah karena menangis,
tak sadarkan diri lagi. Pukul 12.30 siang, pukul 13.00 aku sudah sadar di ruang
observasi. Rasa saat akan sadar itu membingungkan sekali. Aku seakan berada di
ruang yang sangat besar, namun aku kecil sekali. Aku hanya mampu mendengar
suara sekitar tanpa bisa membuka mata dengan benar. Sampai akhirnya aku paksakan
untuk membuka mata dan melihat jam dinding. Sungguh pengalaman yang menakutkan.
Batas hidup dan mati itu ternyata sungguh sangat tipis.
Setelah dari ruang operasi, aku
dipindahkan ke ruang rawat inap, dan kulihat dengan seksama apa yang
dikeluarkan saat aku dilakukan tindakan tadi. Ya, calon janin itu..
Harusnya hari ini kita kontrol nak, untuk mendengar detak jantung kamu, sayang. Tapi ternyata Allah lebih sayang. Mudah-mudahan rezki kita bertemu di surga ya nak, aamiin..
Terima kasihku untuk Bunda yang selalu support dan perhatian apapun kondisiku..